ANALISA PERMINTAAN DAN POLA OPERASIONAL MASS RAPID TRANSIT (MRT) JALUR LEBAK BULUS - TANGERANG SELATAN

Abstract

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi di
Provinsi Banten. Data BPS menunjukkan setiap tahunnya terjadi rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar
3 persen. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang Selatan, tentunya akan
mempengaruhi terhadap kebutuhan akan infrastruktur transportasi. Namun didalam sebuah survei komuter
ditahun 2014, masih banyak dari masyarakat Tangerang Selatan yang menggunakan transportasi pribadi dalam
melakukan mobilitasnya. Penyebabnya ialah belum terintegrasinya angkutan kereta api dengan angkutan
umum lainnya serta belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana untuk para penumpang jasa kereta api.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah merencanakan suatu penanganan melalui Perpres nomor
55 Tahun 2018 tentang Rancangan Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) guna meningkatkan kuantitas dan
kualitas sarana, prasarana dan pengendalian jasa pelayanan serta mengintegerasikan transportasi di
Jabodetabek. Salah satu jenis angkutan umum yang sedang direncanakan ialah perpanjangan jalur Mass Rapid
Transit untuk rute Lebak Bulus - Tangerang Selatan. Penelitian ini akan memberikan gambaran tentang potensi
permintaan (demand) pengguna MRT jalur Lebak Bulus - Tangerang Selatan menggunakan Metode Furness
dalam proyeksi pola pergerakan di tahun kajian. Adapun dari hasil penelitian diperoleh jumlah penumpang
MRT sebesar 47.991.804 tahun 2019 atau 131.484 penumpang perharinya. Jumlah ini kemudian mengalami
peningkatan disetiap tahun hingga mencapai 394.036.766 penumpang di tahun 2049. Untuk menampung
penumpang tersebut, maka dibutuhkan sarana MRT sebanyak 4 trainset di tahun 2019 dan mengalami
peningkatan menjadi 10 trainset pada tahun 2049. Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk 1 trainset MRT
selama 17 menit